PENGERTIAN PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA
Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam
fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik;
mengenai hubungan-hubungan di antara ubaha psikologis dan sosio-budaya,
ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang
berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
TUJUAN PSIKOLOGI
LINTAS BUDAYA
Tujuan dari lintas-budaya psikolog adalah untuk melihat manusia dan perilakunya
dengan kebudayaan yang ada sangat beragam dengan kebudayaan yang ada disekitar
kita . untuk melihat kedua perilaku universal dan perilaku yang unik untuk
mengidentifikasi cara di mana budaya dampak perilaku kita, kehidupan keluarga,
pendidikan, pengalaman sosial dan daerah lainnya.
HUBUNGAN PSIKOLOGI
LINTAS BUDAYA DENGAN PSIKOLOGI BUDAYA & ANTROPOLOGI
Pada awal perkembangannya, ilmu psikologi tidak
menaruh perhatian terhadap budaya. Baru sesudah tahun 50-an budaya memperoleh
perhatian. Namun baru pada tahun 70-an ke atas budaya benar-benar memperoleh
perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa budaya memainkan peranan penting dalam
aspek psikologis manusia. Oleh karena itu pengembangan ilmu psikologi yang
mengabaikan faktor budaya dipertanyakan kebermaknaannya. Triandis (2002)
misalnya, menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila
dilakukan lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu
psikologi lainnya.
Hubungan psikologi
dengan antropologi
Kategori yang sering digunakan untuk merujuk kelompok budaya adalah etnisitas
dan bahasa. Sebuah kelompok etnik diposisikan sebagai satu kelompok budaya.
Demikian juga masyarakat yang menggunakan bahasa khasnya sendiri diperlakukan
sebagai satu kelompok budaya khusus. Asumsinya mendasarkan pada pendapat
Jacques Lacan, yang menyatakan bahwa manusia terkungkung pada bahasa yang
digunakannya. Bahasa adalah penentu budaya manusia. Dunia dipahami manusia dari
kelompok budaya berbeda secara berbeda karena bahasa yang digunakan untuk
memahaminya juga berbeda. Oleh karena itu orang minang, meskipun dilahirkan di
luar Sumatera Barat, namun sepanjang ia dibesarkan dengan bahasa ibu bahasa
minangkabau, maka ia semestinya dimasukkan dalam kelompok budaya minangkabau.
Sebaliknya apabila dia dibesarkan dengan bahasa ibu bahasa jawa, maka
semestinya ia dikelompokkan ke dalam kelompok budaya jawa, meskipun ibu bapanya
orang minang. Lantas bagaimana bila ibu minang, bapak jawa dan sang anak
dibesarkan dengan bahasa indonesia, apakah kemudian sang anak menjadi kelompok
budaya indonesia dan tidak menjadi minang ataupun jawa?
Pada akhirnya tidak ada kategori kaku yang bisa digunakan untuk melakukan pengelompokan
budaya. Apakah batas-batas budaya itu ditandai dengan ras, etnis, bahasa, atau
wilayah geografis, semuanya bisa tumpang tindih satu sama lain atau malah
kurang relevan.
PSIKOLOGI INDIGENOUS
Indigenous psychology dapat juga didefinisikan sebagai pandangan psikologi
yang asli pribumi dan
memiliki pemahaman mendasar pada fakta-fakta atau keterangan yang dihubungkan
dengan konteks kebudayaan
setempat. Definisi ini, menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, ada empat hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pertama, pengetahuan
psikologi tidak dipaksakan dari luar, melainkan dimunculkan dari tradisi budaya
setempat; kedua psikologi yang sesungguhnya bukan berupa tingkah laku
artifisial (buatan) yang diciptakan (hasil studi eksperimental), melainkan
berupa tingkah laku keseharian; ketiga, tingkah laku dipahami dan
diinterpretasi tidak dalam kerangka teori yang diimport, melainkan dalam
kerangka pemahaman budaya setempat; keempat, psikologi indegenus
mencakup pengetahuan psikologi yang relevan dan didesain untuk orang-orang
setempat. Dengan kata lain, psikologi indigenus mencerminkan realitas sosial
dari masyarakat setempat. Psikologi indigenus menurut Prof. Kusdwiratri
Setiono, juga merupakan psikologi yang appropriate (cocok; tepat;
pantas) untuk setiap budaya yang ada di negara manapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar