Senin, 05 November 2012

Akulturasi dan Relasi Internakultural


Pengertian Akulturasi

Akulturasi menurut kamus besar bahasa indonesia (kbbi 3) adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yg saling bertemu dan saling mempengaruhi. Dalam bidang antropologi akulturasi adalah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dan sebagian berusaha menolak pengaruh itu. Definisi akultursi menurut Koentjaraningrat adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsure-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ki dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Contoh-contoh akulturasi
  1. Dapat dilihat musisi rap dan RnB di Yogyakarta menggabungkan musik modern seperti rap dan RnB dengan menyanyikan lirik rapnya dengan bahasa jawa dan digabungkan dengan musik gamelan jawa.
  2. Dari bidang fashion, dapat kita lihat kain batik kini dibuat baju dengan model-model yang modern, kemudian kain songket yang di modifikasi menjadi sesuatu yang lebih modern.
  3. Dapat kita lihat di sekitar kita bila ziarah ke makam, biasa menabur bunga. Hal ini merupakan gabungan agama Islam dengan Hindu yang dapat kita lihat dri sejarah.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya suatu proses akulturasi

Faktor Internal (dalam), antara lain:

1.    Bertambah atau berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
Pertambahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan terjadinya perubahan struktur dalam masyarakat, terutama lembaga kemasyarakatannya. Berkurangnya penduduk mungkin disebabkna berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lainnya (misalnya transmigrasi).

2.    Penemuan-penemuan baru
    a.     Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
    b.     Invention : penyempurnaan penemuan baru
   c.     Innovation: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada.
Penemuan baru didorong oleh kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat.




3.    Pertentangan (konflik) masyarakat
Pertentangan atau konflik merupakan salah satu sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok.

4.    Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Adanya revolusi atau pemberontakan dalam suatu negara akan menimbulkan perubahan.

Faktor Ekstern (luar), antara lain:
1.    Lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia
Terjadinya bencana alam, seperti gempa bumi, meletusnya gunung berapi, banjir besar, angin topan, dan semacamnya mengakibatkan masyarakat harus meninggalkan tempat tinggalnya dan pindah ke tempat tinggal yang baru. Mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru tersebut.

2.    Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat pula mengakibatkan terjadinya perubahan karena biasanya negara yang menang dalam peperangan akan memaksakan kebijakannya terhadap negara yang kalah.

3.    Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Melalui difusi (penyebaran kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi) dapat mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan.

Pengertian Internakultural

Internakultural (komunikasi antarbudaya) menurut Stewart L. Tubbs, adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (baik dalam ras, etnik, atau sosioekonomi) atau gabungan dari semua perbedaan ini.  Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.

Komunikasi interkultural (intercultural communication) pada umumnya dipakai dalam situasi komunikasi secara langsung antara orang-orang yang memiliki budaya berbeda. Sedangkan komunikasi lintas budaya (Cross Cultural Communication) digunakan untuk situasi komunikasi tertentu dan dibandingkan dengan beberapa kebudayaan. (Atsuko, Tokui. 2002:16).
Untuk memudahkan tercapainya komunikasi interkultural, penting diketahui, sejauh mana orang-orang yang terlibat dalam komunikasi mengetahui pribadinya masing-masing. Banyak orang yang berusaha mengetahui orang lain tapi tidak banyak orang yang berusaha mengetahui dirinya. Berikut akan dijelaskan beberapa langkah dasar untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interkultural terutama tentang pemahaman diri sendiri.



Teori yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2005:74-75) kebudayaan memiliki empat wujud yang secara simbolis dinyatakan dalam empat lingkaran kosentris, yaitu:
1.         Lingkaran yang paling luar, menggambarkan kebudayaan sebagai artifacts, atau benda-benda fisik. Contoh: candi.

2.         Lingkaran berikutnya melambangkan kebudayaan sebagai sistim tingkah laku dan tindakan yang berpola. Contoh: menari.

3.         Lingkaran kebudayaan yang berikutnya lagi melambangkan kebudayaan sebagai sistim gagasan. Wujud dari gagasan ini berada pada kepala tiap individu warga kebudayaan yang bersangkutan yang dibawanya kemanapun ia pergi.

4.         Lingkaran yang letaknya paling dalam dan merupakan inti dari keseluruhan melambangkan kebudayaan sebagai sistim gagasan yang ideologis. Yaitu gagasan-gagasan yang telah dipelajari oleh para warga suatu kebudayaan sejak dini. Istilah untuk menyebut unsur-unsur kebudayaan yang merupakan pusat dari semua unsur yang lain itu adalah “nilai-nilai budaya”.