Pengertian Akulturasi
Akulturasi menurut kamus besar
bahasa indonesia (kbbi 3) adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yg
saling bertemu dan saling mempengaruhi. Dalam bidang antropologi akulturasi
adalah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat,
sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing
itu, dan sebagian berusaha menolak pengaruh itu. Definisi akultursi menurut
Koentjaraningrat adalah suatu proses sosial yang timbul bila suatu
kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsure-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga
unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ki dalam
kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu
sendiri.
Contoh-contoh akulturasi
- Dapat dilihat musisi rap dan RnB di Yogyakarta menggabungkan musik modern seperti rap dan RnB dengan menyanyikan lirik rapnya dengan bahasa jawa dan digabungkan dengan musik gamelan jawa.
- Dari bidang fashion, dapat kita lihat kain batik kini dibuat baju dengan model-model yang modern, kemudian kain songket yang di modifikasi menjadi sesuatu yang lebih modern.
- Dapat kita lihat di sekitar kita bila ziarah ke makam, biasa menabur bunga. Hal ini merupakan gabungan agama Islam dengan Hindu yang dapat kita lihat dri sejarah.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
suatu proses akulturasi
Faktor Internal (dalam), antara
lain:
1. Bertambah atau
berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
Pertambahan penduduk yang sangat
cepat menyebabkan terjadinya perubahan struktur dalam masyarakat, terutama
lembaga kemasyarakatannya. Berkurangnya penduduk mungkin disebabkna
berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lainnya
(misalnya transmigrasi).
2. Penemuan-penemuan
baru
a.
Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
b.
Invention : penyempurnaan penemuan baru
c.
Innovation: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan
masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada.
Penemuan baru didorong oleh
kesadaran masyarakat akan kekurangan unsur dalam kehidupannya, kualitas ahli
atau anggota masyarakat.
3. Pertentangan
(konflik) masyarakat
Pertentangan atau konflik merupakan
salah satu sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan dapat
terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau antara
kelompok dengan kelompok.
4. Terjadinya
pemberontakan atau revolusi
Adanya revolusi atau pemberontakan
dalam suatu negara akan menimbulkan perubahan.
Faktor Ekstern (luar), antara lain:
1. Lingkungan fisik
yang ada di sekitar manusia
Terjadinya bencana alam, seperti
gempa bumi, meletusnya gunung berapi, banjir besar, angin topan, dan semacamnya
mengakibatkan masyarakat harus meninggalkan tempat tinggalnya dan pindah ke
tempat tinggal yang baru. Mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam
yang baru tersebut.
2. Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat
pula mengakibatkan terjadinya perubahan karena biasanya negara yang menang
dalam peperangan akan memaksakan kebijakannya terhadap negara yang kalah.
3. Pengaruh kebudayaan
masyarakat lain
Melalui difusi (penyebaran
kebudayaan), akulturasi (pembauran antar budaya yang masih terlihat
masing-masing sifat khasnya), asimilasi (pembauran antar budaya yang
menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya lama tidak tampak lagi)
dapat mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan.
Pengertian Internakultural
Internakultural (komunikasi
antarbudaya) menurut Stewart L. Tubbs, adalah komunikasi yang terjadi di antara
orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (baik dalam ras, etnik, atau
sosioekonomi) atau gabungan dari semua perbedaan ini. Kebudayaan adalah
cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung
dari generasi ke generasi.
Komunikasi interkultural
(intercultural communication) pada umumnya dipakai dalam situasi komunikasi
secara langsung antara orang-orang yang memiliki budaya berbeda. Sedangkan
komunikasi lintas budaya (Cross Cultural Communication) digunakan untuk situasi
komunikasi tertentu dan dibandingkan dengan beberapa kebudayaan. (Atsuko,
Tokui. 2002:16).
Untuk memudahkan tercapainya
komunikasi interkultural, penting diketahui, sejauh mana orang-orang yang
terlibat dalam komunikasi mengetahui pribadinya masing-masing. Banyak orang
yang berusaha mengetahui orang lain tapi tidak banyak orang yang berusaha
mengetahui dirinya. Berikut akan dijelaskan beberapa langkah dasar untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi interkultural terutama tentang pemahaman diri
sendiri.
Teori yang dikemukakan oleh
Koentjaraningrat (2005:74-75) kebudayaan memiliki empat wujud yang secara
simbolis dinyatakan dalam empat lingkaran kosentris, yaitu:
1.
Lingkaran yang paling luar, menggambarkan kebudayaan sebagai artifacts, atau
benda-benda fisik. Contoh: candi.
2.
Lingkaran berikutnya melambangkan kebudayaan sebagai sistim tingkah laku dan
tindakan yang berpola. Contoh: menari.
3.
Lingkaran kebudayaan yang berikutnya lagi melambangkan kebudayaan sebagai
sistim gagasan. Wujud dari gagasan ini berada pada kepala tiap individu warga
kebudayaan yang bersangkutan yang dibawanya kemanapun ia pergi.
4.
Lingkaran yang letaknya paling dalam dan merupakan inti dari keseluruhan
melambangkan kebudayaan sebagai sistim gagasan yang ideologis. Yaitu
gagasan-gagasan yang telah dipelajari oleh para warga suatu kebudayaan sejak
dini. Istilah untuk menyebut unsur-unsur kebudayaan yang merupakan pusat dari
semua unsur yang lain itu adalah “nilai-nilai budaya”.